Saturday, May 19, 2007

“pain is something to cary, like a radio” Jim Morrison

Sahabat saya dan saya, sama-sama jomblo kronis. Bukan karena kita udah menahun jadi jomblo [ya…itu juga sih], tetapi lebih ke arah spertinya kejombloan ini akan melekat lama di diri kita.
Penyebabnya? Kalo kata sahabat-sahabat saya: elo terlalu idealis sih!
Kadang-kadang saya mau ketawa terbahak-bahak sampe pengen muntah kalo mikirin kata-kata itu…pasalnya, saya pingin punya pacar. Ibaratnya orang kalo udah kedinginan, mbok ya ada jaket apa aja ya dipake kan? Bukannya menunggu jaket paling ideal kan?
Analogi apapula itu…[maklumlah, tulisan ini dibuat di wiken panjang dan saya malah berkutat di kantor, tanpa telepon atau sms romantis, kecuali dari sahabat jomblo saya yang sedang melanglang buana di luar kota, kesepian dan selalu menjadikan saya bahan pelampiasan…selama perempuan “ideal” nya belum muncul.]
Ada kemiripan nasib lucu yang menimpa saya dan sahabat saya. Kita berdua sama-sama pernah terlibat di hubungan percintaan yang aneh, yang semestinya menjadi cerita manis di setiap roman picisan. Kita sama-sama menemukan orang yang kita cintai spenuh hati [buat orang-orang sepert sahabat saya, yang bukan tipikal orang yang susah jatuh hati, jatuh cinta sepenuh hati itu adalah peristiwa yang luar biasa], tapi…entah kenapa, hubungan yang semestinya mulus-mulus aja, yang udah diperjuangkan sampe titik keringat terakhir, dengan kesabaran melebihi suster-suster sukarelawan di medan perang, ternyata gagal…dengan alasan yang tidak jelas dan sulit dipahami, sesulit memahami evolusi manusia.
Dan yang tersisa sekarang di kita berdua…cuma rasa capek dan lubang besar di hati yang gak tau gimana cara menutupnya.
Selepas perginya perasaan yang besar itu, kita sama-sama gak tau musti berbuat apa. Mau jatuh cinta aja kok susah, berusaha suka sama orang…tapi gak akan bertahan lebih dari 2 bulan [mengutip kata-kata sahabat lain yang selalu berkomentar: naksir cowok? Ntar deh kalo udah 2 bulan baru cerita, ya!]
Dan pada akhirnya, kita berdua terdampar di sebuah kafe sepi di sabtu sore, setuju bahwa sepicisan apapun yang namanya perasaan cinta, sesakit apapun…ternyata tidak bisa dipungkiri, kita manusia membutuhkannya. Perasaan cinta dengan segala embel-embelnya, entah itu bahagia atau sakit hati…sperti radio [atau kalau jaman sekarang adalah iPOD atau walkman phone] yang seharusnya kita bawa kemana-mana. Karena tanpa itu…[sialnya] hidup kita terasa hampa.
Ahhh…dan mengutip kata-kata sahabat saya: “sama seperti hidup, cinta itu cuma buat pemberani”
Kalau begitu sahabat…mari kita cari medan perang yang lebih baik, siapa tau kita bertemu sasaran tembak yang tepat, jadi…gak perlu deh kita bahu membahu menjadi pelampiasan perasaan satu sama lain.

Penuh cinta buat arr, kalaupun kita gak bertemu siapa-siapa, kita bakal tetep punya rumah mungil dengan bathtub dan kebun kecil untuk menghabiskan sisa kejombloan dan kejompoan kita.